Senin, 28 Mei 2012

ASUHAN IBU NIFAS DENGAN BENDUNGAN ASI


ASUHAN IBU NIFAS DENGAN BENDUNGAN ASI 

1.      Pengertian Pembendungan ASI
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams)
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung sementara produksi ASI.
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi bendungan. Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meingkat. Payudara menjadi bengkak, merah dan mengkilap.
Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun bendungan ASI pada payudara adalah :
a.       Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat mengkilap. ASI biasanya mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang menetes keluar secara spontan.
b.      Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.

2.      Perawatan Payudara pada Masa Nifas Menurut Depkes, RI (1993) adalah
Dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan 3 macam cara :
a.       Tempatkan kedua telapak tangan diantara ke 2 payudara kemudian urut  keatas, terus kesamping, kebawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara.
b.      Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan.
c.       Telapak tangan menopang payudara pada cara ke – 2 kemudian jari tangan kanan dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah puting.

3.      Terapi dan Pengobatan Menurut Prawirohardjo (2005) adalah
a.       Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
b.      Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
c.       Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
d.      Gunakan BH yang menopang
e.       Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas.

POLIHIDRAMNION



Hidramnion atau poli hidramnion adalah suatu kondisi dimana terdapat keadaan dimana jumlah air ketuban melebihi dari batas normal. Untuk keadaan normal air ketuban berjumlah sebanyak antara 1-2 liter, sedangkan kasus hidramnion melebihi batas dari 2 liter yaitu antara 4-5 liter.Hidramnion ini adalah kebalikan dari oligo hidramnion yaitu kekurangan air ketuban.
Menurut dr. Hendra Gunawan Wijanarko, Sp.OG dari RSIA Hermina Pasteur, Bandung (2007) menjelaskan bahwa hidromnion terjadi karena :
a.       Prduksi air jernih berlebih
b.      Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu hidrocefalus, atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing congenital
c.        Ada sumbatan / penyempitan pada janin sehingga dia tidak bisa menelan air ketuban. Alhasil volume ketuban meningkat drastis
d.      Kehamilan kembar, karena adanya dua janin yang menghasilkan air seni
e.        Ada proses infeksi
f.        Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut sistem syaraf pusat sehingga fungsi gerakan menelan mengalami kelumpuhan
g.       Ibu hamil mengalami diabetes yang tidak terkontrol
h.       Ketidak cocokan / inkompatibilitas rhesus
Tanda dan gejala polihidramnion adalah sebagai berikut :
Ø  Pembesaran uterus, lingkar abdomen dan tinggi fundus uteri jauh melebihi ukuran yang diperirakan untuk usia kehamilan
Ø  Dinding uterus tegang sehingga pada auskultasi bunyi detak jantung janin sulit atau tidak terdengar dan pada palpasi bagian kecil dan besar tubuh janin sulit ditentukan.
Ø  Ada thrill pada cairan uterus
Ø  Masalah-masalah mekanis. Apabila polihidramnion berat, akan timbul dispnea, edema pada vulva dan ekstremitas bawah; nyeri tekan pada punggung, abdomen dan paha; nyeri ulu hati, mual dan muntah
Ø  Letak janin sering berubah (letak janin tidak stabil) (Helen Varney, 2006: 634).

Terapi hidramnion dibagi dalam tiga fase (Taufan Nugroho, 2010: 8-9):
a.             Waktu hamil (di BKIA)
1)               Hidramnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan terapi simptomatis.
2)               Pada hidramnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat di rumah sakit untuk istirahat sempurna.
a)            Berikan diet garam
b)            Obat-obatan yang dipakai adalah sedative dan obat dieresis
c)            Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut tegang, lakukan fungsi abdominal pada bawah umbilicus. Dalam satu hari dikeluarkan 500 cc perjam sampai keluhan berkurang
d)           Jika cairan dikeluarkan dikhawatirkan terjadi his dan solution placenta, apalagi bila anak belum viable.
e)            Komplikasi pungsi dapat berupa :
o   Timbul his
o   Trauma pada janin
o   Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan
o   Infeksi serta syok, bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya janin mengenai plasenta, maka pungsi harus dihentikan.

b.               Waktu partus
1)             Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu
2)             Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan memakai jarum pungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat, lalu air ketuban akan keluar pelan-pelan.
3)             Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukkan tinju ke dalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya tidak terjadi solution placenta, syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong atau perdarahan post partum karena atonia uteri.

c.                Post partum
1)             Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya lakukan pemeriksaan golongan dan transfuse darah serta sediakan obat uterotronika.
2)             Untuk berjaga-jaga pasanglah infuse untuk pertolongan perdarahan post partum
3)             Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup.











PERDARAHAN POSTPARTUM SEKUNDER


PERDARAHAN POSTPARTUM SEKUNDER
( SISA PLASENTA )

v PENGERTIAN:
Perdarahan postpartum sekunder adalah Perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama persalinan dengan jumlah 500 cc atau lebih.
v SEBAB TERJADINYA PERDARAHAN POSTPARTUM SEKUNDER:
1.    Terdapat sisa plasenta atau kotiledonnya.
2.    Terdapat sisa membran sehingga mengganggu kontraksi dan retraksi untuk menutup pembuluh darah di tempat implantasinya.
3.    Infeksi pada tempat implantasi plasenta.
4.    Perdarahan karena terjadi degenerasi khoriokarsinoma.
5.    Perdarahan yang bersumber dari perlukaan yang terbuka.

v BENTUK PERDARAHAN POSTPARTUM SEKUNDER :
1.     Dapat terus- menerus setelah seharusnya lokea rubra berhenti.
2.     Dapat terjadi perdarahan mendadak, seperti perdarahan postpartum primer dan diikuti gangguan sistem kardiovaskuler sampai syok.
3.     Mudah terjadi infeksi sekunder sehingga dapat menimbulkan :
a.     Lokia yang terjadi berbau dan keruh.
b.     Fundus uteri tidak segera mengalami involusi , terjadi subinvolusi uteri.

v TANDA DAN GEJALA:
1.     Plasenta atau sebagian selaput  ( mengandung pembuluh darah) tidak lengkap
2.     Perdarahan segera
3.     Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang

Perdarahan yang terjadi saat kontraksi uterus baik, biasanya karena ada robekan atau sisa plasenta. Sisa plasenta bisa diduga bila kala uri berlangsung tidak lancar, atau setelah melakuka n plasenta manual atau menemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap pada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan dari ostium uteri eksternum pada saat kontraksi rahim sudah baik dan robekan jalan lahir sudah terjahit.Untuk itu, harus di lakukan eksplorasi ke dalam rahim dengan cara manual atau kurek .

v DIAGNOSIS PATOLOGI KLINIK:
1.      Plasenta akreta
ü  Hilangnya lapisan jaringan ikat longgar nitabush sehingga plasenta sebagian atau seluruhnya mencapai lapisa desidua basalis.
ü  Dengan demikian agak sulit melepaskan diri saat kontraksi atau retraksi otot uterus
ü  Dapat terjadi tidak diikuti perdarahan karena sulitnya plasenta lepas
ü  Plasenta manual sering tidak lengkap sehingga perlu diikuti dengan kuretase
2.      Plasenta inkreta
ü  Implantasi jonjot plasenta sampai mencapai otot uterus sehingga, tidak mungkin lepas sendiri
ü  Perlu dilakukan plasenta manual, tetapi tidak akan lengkap dan harus diikuti dengan kuretase tajam dan dalam, histerektomi
3.      Plasenta perkreta
ü  Jonjot plasenta manembus lapisa otot dan sampai lapisan peritoneum kavum abdominalis
ü  Plasenta manual sangat sukar, bila dipaksa akan terjadi perdarahan dan sulit dihentkan atau perforasi
4.      Plasenta inkarserata
ü  Plasenta telah lepas dari implantasinya, tetapi tertahan.



v DIAGNOSIS PERDARAHAN PASCA PERSALINAN
Diagnosis biasanya tidak sulit, terutama apabila timbul perdarahan banyak dalam waktu pendek.
Tetapi bila perdarahan sedikit dalam jangka waktu lama, tanpa disadari pasien telah kehilangan banyak darah sebelum pasien tersebut tampak pucat.Nadi serta pernafasan menjadi lebih cepat dan tekanan darah menurun.
Diagnosis perdarahan pasca persalinan dipermudah apabila pada tiap-tiap persalinan setelah anak lahir secara rutin diukur pengeluaran darah pada kala III dan satu jam sesudahnya.
Apabila terjadi perdarahan pasca persalinan dan plasenta belum keluar perlu diusahakan untuk mengeluarkan plasenta segera .Jika plasenta sudah lahir, perlu dibedakan antara perdarahan akibat  atonia uteri atau perdarahan karena perlukaan jalan lahir.

Diagnosis perdarahan pasca persalinan:
1.      Palpasi uterus: Bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
2.      Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap atau tidak
3.      Lakukan eksplorasi  cavum uteri untuk mencari:
Ø  Sisa plasenta atau selaput ketuban
Ø  Robekan rahim
Ø  Plasenta suksenturiata
4.      Inspekulo: untuk melihat robekan pada servik, vagina, dan varises yang pecah
5.      Pemeriksaan laboratorium periksa darah yaitu Hb

Perdarahan pasca persalinan adakalanya merupakan perdarahan yang hebat dan menakutkan hingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan syok.Atau dapat berupa perdarahan yang menetes perlahan –lahan tetapi  terus menerus yang juga bahaya karena kita tidak menyangka akhirnya perdarahan berjumlah banyak, ibu menjadi lemas dan juga dalam presyok dan syok.karena itu, adalah penting sekali pada setiap ibu yang bersalin dilakukan pengukuran kadar Hb secara rutin, serta pengawasan tekanan darah ,nadi, pernafasan ibu, dan periksa juga kontraksi uterus perdarahan selama 2 jam.


v  PENANGANAN PERDARAHAN POSTPARTUM SEKUNDER:
1.      Pasang infus dan transfusi darah.
2.      Tergantung dari sumber perdarahannya:
a.      Perdarahan berasal dari perlukaan yang terbuka :
Ø  Dijahit kembali
Ø  Evaluasi kemungkinan terjadi hematoma

b.      Perdarahan berasal dari bekas implantasi plasenta :
Ø  Lakukan anesthesia dengan demikian kuretase dapat di lakukan dengan aman dan bersih.
Ø  Jaringan yang di dapatkan harus dilakukan pemeriksaan untuk memperoleh kepastian.
c.       Perawatan terapi sekunder perdarahan postpartum:
Ø  Rehidrasi diteruskan sampai tercapai keadaan optimal
Ø  Berikan antibiotika
Ø  Berikan pengobatan suportif:
ü  Gizi yang baik
ü  Vitamin dan praparat Fe  












Senin, 14 Mei 2012

HIPERTENSI DALAM KEBIDANAN

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

A.  DEFINISI
Hingga saat ini hipertensi dalam kehamilan masih merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janinnva. Hipertensi dalam kehamilan berarti tekanan darah meninggi saat hamil. Keadaan ini biasanya mulai pada trimester ketiga, atau tiga bulan terakhir kehamilan. Kadang-kadang timbul lebih awal, tetapi hal ini jarang terjadi. Dikatakan tekanan darah tinggi dalam kehamilan jika tekanan darah sebelum hamil (saat periksa hamil) lebih tinggi dibandingkan tekanan darah di saat hamil.

B. ETIOLOGI
    Penyebab Hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas.

C. KLASIFIKASI
    Klasifikasi yang dipakai di Indonesia berdasarkan Report of the National High Blood Pressure Edukation Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy tahun 2001 ialah :
1        Hipertensi kronik
Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pascapersalinan.
2        Preeklampsia
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria.
3        Eklampsia
Eklampsia adalah apabila ditemukan kejang-kejang pada penderita preeklampsia, yang juga dapat disertai koma
4        Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia adalah hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi kronik disertai proteinuria.
5        Hipertensi gestasional
Hipertensi gestasional adalah hipetensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria.

D.       FAKTOR RISIKO
Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat dikelompokkan dalam faktor risiko sebagai berikut.
1.      Primigravida
2.      Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multiple, diabetes     mellitus, hisdrops fetalis, bayi besar
3.      Umur yang ekstrim
4.      Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia
5.      Penyakitpenyakit ginjal dan hiperensi yang sudah ada sebelum hamil
6.      Obesitas

E.   PATOFISIOLOGI
Penyebab Hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satupun teori tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori-teori yang sekarang banyak dianut adalah :
1.      Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relative mengalami vasokontriksi, dan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.
2.      Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
•         Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada hipertensi dalam kehamilan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, dengan akibat plasenta mengalami iskemia. Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan (disebut juga radikal bebas). Oksidan atau radikal bebas adalah senyawa penerima electron atau atom/molekul yang mempunyai electron yang tidak berpasangan. Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya  terhadap membran sel endotel pembuluh darah. Sebenarnya produksi  oksidan pada manusia adalah suatu proses normal, karena oksidan memang dibutuhkan untuk perlindungan tubuh. Adanya radikal hidroksil dalam darah, maka dulu hipertensi dalam kehamian disebut “toxaemia”. Radikal hidroksil akan merusak membrane sel, yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain akan merusak membrane sel, juga akan merusak nucleus, dan protein sel endotel. Produksi oksidan (radikal bebas) dalam tubuh yang bersifat toksis, selalu diimbangi dengan produksi anti oksidan.
•          Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan
Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa kadar oksidan, khususnya peroksida lemak meningkat, sedangkan antioksidan, missal vitamin E pada hipertensi dalam kehamilan menurun, sehingga terjadi dominasi kadar oksidan peroksida lemak yang relative tinggi. Perksidan lemak sebagai oksidan/radikal bebas yang sangat toksis ini akan beredar diseuruh tubuh daam aliran darah dan akan merusak membran sel endotel. Membran sel endotel lebih mudah mengalami kerusakan oleh peroksida lemak, karena letaknya langsung berhubungan dengan aliran darah dan mengandung banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan terhadap oksidan radikal hidroksil, yang akan berubah menjadi peroksida lemak.
•         Disfungsi sel endotel   
Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel. Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini disebut disfungsi endotel.

3.      Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Pada  plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-G. Berkurangnya HLA-G di desidua daerah plasenta, menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting agar jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga memudahkan terjadinaya reaksi inflamasi.
4.      Teori adaptasi kardiovaskular
Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya refrakter terhadap bahan vasokonstriktor, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor hilang sehinggapembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan-bahan vasopresor pada hipert ensi dalam kehamilan sudah terjadi pada trimester I (pertama). Peningkatan kepekaan pada kehamilan  yang akan menjadi hipertensi dalam kehamilan, sudah dapat ditemukan pada kehamilan dua puluh minggu. Fakta ini dapat dipakai sebagai prediksi akan terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
5.      Teori defisiensi gizi
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian yang penting yang pernah dilakukan di inggris ialah penelitian tentang pengaruh diet pada preeklampsia  beberapa waktu sebelum pecahnya Perang Dunia ke II. Suasana serba sulit mendapat gizi yang cukup dalam persiapan perang menimbulkan kenaikan insiden hipertensi dalam kehamilan. Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan, termaksud minyak hati halibut dapat mengurangi risiko preeclampsia.
6.      Teori inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi. Pada kehamilan normal, jumlah debris trofoblas masih dalam batas wajar, sehingga reaksi inflamasi juga msih dalam batas normal. Berbeda dengan proses apoptosis pada preeklampsia, dimana ada preeklampsia terjadi peningkatan stresoksidatif, sehingga produksi debris apoptosis dan nekrotik trofoblas juga meningkat. Makin banyak sel trofoblas plasenta, misalnya pada plasenta besar, pada hamil ganda, maka reaksi stress oksidatif kan sangat meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofobls juga makin meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi juh lebih besar, dibanding reaksi inflamsi pada kehamilan normal. Respons inflamasi ini akan mengaktifasi sel endotel, dan sel-sel makrofag/granulosit, yang lebih besar pula, sehingga terjadi reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan gejala-gejala pada preeklampsia pada ibu

F. PENATALAKSANAAN
Adapun penatalaksanaannya antara lain :
1)      Deteksi Prenatal Dini
Waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia kehamilan 28 minggu, kemudian setiap 2 minggu hingga usia kehamilan 36 minggu, setelah itu setiap minggu.
2)      Penatalaksanaan  Di Rumah Sakit
Evaluasi sistematik yang dilakukan mencakup :
  Pemeriksaan terinci diikuti oleh pemantauan setiap hari untuk mencari temuan-temuan klinis seperti nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium, dan pertambahan berat yang pesat.
  Berat badan saat masuk
  Analisis untuk proteinuria saat masuk dan kemudian paling tidak setiap 2 hari
  Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk setiap 4 jam kecuali antara tengah malam dan pagi hari
  Pengukuran kreatinin plasma atau serum, gematokrit, trombosit, dan enzim hati dalam serum, dan frekuensi yang ditentukan oleh keparahan hipertensi
  Evaluasi terhadap ukuran janin dan volume cairan amnion baik secara klinis maupun USG
  Terminasi kehamilan
Pada hipertensi sedang atau berat yang tidak membaik setelah rawat inap biasanya dianjurkan pelahiran janin demi kesejahteraan ibu dan janin. Persalinan sebaiknya diinduksi dengan oksitosin intravena. Apabila tampaknya induksi persalinan hampir pasti gagal atau upaya induksi gagal, diindikasikan seksio sesaria untuk kasus-kasus yang lebih parah.
3)      Terapi Obat Antihipertens
Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya memperlama kehamilan atau memodifikasi prognosis perinatal pada kehamilan dengan penyulit hipertensi dalam berbagai tipe dan keparahan telah lama menjadi perhatian.
4)      Penundaan Pelahiran Pada Hipertensi Berat
Wanita dengan hiperetensi berat biasanya harus segera menjalani pelahiran. Pada tahun-tahun terakhir, berbagai penelitian diseluruh dunia menganjurkan pendekatan yang berbeda dalam penatalaksanaan wanita dengan hiperetensi berat yang jauh dari aterm. Pendekatan ini menganjurkan penatalaksanaan konservatif atau “menunggu” terhadap kelompok tertentu wanita dengan tujuan memperbaiki prognosis janin tanpa mengurangi keselamatan ibu.



Rabu, 09 Mei 2012

ASUHAN KEBIDANAN PENYAKIT JANTUNG DALAM KEHAMILAN


WANITA INDAH
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN PENYAKIT JANTUNG
BY :   WIDIA FITRI OKTAFIANI
POST :10 MEI 2012 , 11:00

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Jantung merupakan organ yang sangat penting bagi manusia, karena jantung diperlukan untuk memompa darah ke seluruh tubuh sehingga tubuh mendapatkan oksigen dan sari makanan yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Karena itu, jantung perlu dijaga agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Kehamilan akan menyebabkan perubahan fisiologis yang luas pada sistem kardiovaskular., dan berakibat terjadinya gangguan pada jantung dan aliran darah sehingga perlu dipertimbangkan jika terjadi kehamilan. Pada wanita sehat dapat beradaptasi terhadap perubahan hemodinamik (denyut jantung, sistem pernafasan, volume darah, hormon dan lain sebagainya).
Namun perubahan-perubahan ini dapat menjadi ancaman pada wanita dengan penyakit jantung. Walaupun penyakit jantung jarang muncul secara de novo selama kehamilan, namun banyak  wanita dengan penyakit jantung yang telah diketahui sebelumnya atau wanita dengan potensi penyakit jantung mengalami kehamilan.
Insiden penyakit jantung pada kehamilan adalah sekitar 1% dan terus meningkat. Perubahan ini mungkin sebagai hasil dari kemajuan penatalaksaan penyakit jantung selama beberapa dekade terakhir, hal ini menyebabkan bertambahnya jumlah wanita dengan penyakit jantung bawaan mencapai usia dewasa dan mampu melahirkan. Kemajuan teknik  operasi dan medika mentosa  menyebabkan penurunan penyakit jantung rematik secara drastis dibandingkan dengan penyakit jantung kongenital di dunia barat.
Namun di negara berkembang, penyakit jantung rematik masih cukup tinggi. Hal ini akan menambah penyebab utama kematian pada maternitas, terhitung  35 kematian secara tidak langsung di Inggris dari tahun 1997-1999. Di Malaysia, suatu laporan yang diterbitkan tahun 2000, terdapat 77 kematian  akibat penyakit jantung pada kehamilan, sekitar 16,4%  dari seluruh kematian pada kehamilan dari tahun 1995-1996. Sebagai tambahan, masih terdapat angka morbiditas yang patut dipertimbangkan berkenaan dengan gagal jantung kongestif, komplikasi tromboemboli, dan gangguan irama jantung. Komplikasi  pada fetus mencakup keguguran, restriksi pertumbuhan intrauterinne, dan kelahiran premature.
1.2 . Tujuan
a. untuk mengetahui kehamilan dengan penyakit jantung
b.untuk mengetahui pengaruh penyakit jantung terhadap ibu dan janin
c. untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit jantung
1.3.  Manfaat
a. penulis dapat menerapkan secara langsung ilmu yang didapat dari perkuliahan khusus nya dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien yang mengalami penyakit jantung dalam kehamilan nya
b. Meningkatkan pengetahuan penulis dalam menyusun makalah

BAB II
PEMBAHASAN


A.    Konsep teoritis

1) Pengertian
Kehamilan akan menimbulkan perubahan pada sistem kardiovaskuler. Wanita dengan penyakit kardiovaskuler dan menjadi hamil, akan terjadi pengaruh timbal balik yang dapat merugikan kesempatan hidup wanita tersebut.
Pada kehamilan dengan jantung normal, wanita dapat menyesuaikan kerjanya terhadap perubahan-perubahan secara fisiologis.
Dalam kondisi tidak hamil, penyakit jantung itu sendiri sudah mengalami permasalahan dalam memompakan darah ke seluruh tubuh. Terlebih pada saat hamil. Pada saat hamil mulai minggu ke enam volume darah ibu semakin meningkat sampai dengan 50 % karena proses pengenceran darah. Aliran darah akan lebih banyak dipompakan ke peredaran darah rahim melalui  ari – ari untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin sehingga kerja jantung menjadi lebih berat.
2) etiologi
a.Penyakit jantung akibat demam reumatik (terbanyak di indonesia)
Sebagian besar penyakit jantung pada kehamilan disebabkan oleh demam rematik. Diagnosis demam rematik pada kehamilan sering sulit, bila berpatokan pada criteria Jones sebagai dasar untuk diagnosis demam rematik aktif. Manifestasi yang terbanyak adalah poliartritis migrant serta karditis. Perubahan kehamilan yang menyulitkan diagnosis demam rematik adalah nyeri sendi pada wanita hamil mungkin oleh karena sikap tubuh yang memikul beban yang lebih besar sehubungan dengan kehamilannya serta meningkatnya laju endap darah dan jumlah leukosit. Bila terjadi demam rematik pada kehamilan, maka prognosisnya akan buruk. Adanya aktivitas demam rematik dapat diduga bila terdapat:
•    Suhu subfebris dengan takikardi yang lebih cepat dari semestinya
•    Leukositosis dan laju endap darah yang tetap tinggi
•    Terdengar desir jantung yang berubah-ubah sifatnya maupun tempatnya
b. penyakit jantung kongenital (terbanyak di Amerika)
Biasanya kelainan jantung bawaan oleh penderita sebelum kehamilan, akan tetapi kadang-kadang dikenal oleh dokter pada pemeriksaan fisik waktu hamil. Dalam usia reproduksi dapat dijumpai koarktatio aortae, duktus arteriosus Botalli persistens, defek septum serambi dan bilik, serta stenosis pulmonalis. Penderita tetralogi Fallot biasanya tidak sampai mencapai usia dewasa kecuali apabila penyakit jantungnya dioperasi. Pada umunya penderita kelainan jantung bawaan tidak mengalami kesulitan dalam kehamilan asal penderita tidak sianosis dan tidak menunjukkan gejala-gejala lain di luar kehamilan.
Penyakit jantung bawaan dibagi atas :
•    golongan sianotik (right to left shunt)
•    golongan asianotik (left to right shunt)
c. penyakit jantung hipertensi
Penyakit jantung hipertensi sering dijumpai pada kehamilan, terutama pada golongan usia lanjut dan sulit diatasi. Apapun dasar penyakit ini, hipertensi esensial, penyakit ginjal atau koaktasio aorta, kehamilan akan mendapat komplikasi toksemia pada 1/3 jumlah kasus disertai mortalitas yang tinggi pada ibu maupun janin. Tujuan utama pengobatan penyakit jantung hipertensi adalah mencegah terjadinya gagal jantung. Pengobatan ditujukan kepada penurunan tekanan darah dan control terhadap cairan dan elektrolit.
Perubahan tersebut disebabkan oleh :
a)    Hipervolemia: dimulai sejak kehamilan 8 minggu dan mencapai puncaknya pada 28-32 minggu lalu menetap
b)    Jantung dan diafragma terdorong ke atas oleh karena pembesaran rahim.
Dalam kehamilan :
1.    Denyut jantung dan nadi: meningkat
2.    Pukulan jantung: meningkat
3.    Tekanan darah: menurun sedikit.
Maka dapat dipahami bahwa kehamilan dapat memperbesar penyakit jantung bahkan dapat menyebabkan payah jantung (dekompensasi kordis). Frekuensi penyakit jantung dalam kehamilan berkisar antara 1-4%.
Pengaruh kehamilan terhadap penyakit jantung, saat-saat yang berbahaya bagi           penderita adalah :
1.    Pada kehamilan 32-36 minggu, dimana volume darah mencapai puncaknya              (hipervolumia).
2.    Pada kala II, dimana wanita mengerahkan tenaga untuk mengedan dan memerlukan kerja jantung yang berat.
3.    Pada Pasca persalinan, dimana darah dari ruang intervilus plasenta yang sudah lahir, sekarang masuk ke dalam sirkulasi darah ibu.
4.    Pada masa nifas, karena ada kemungkinan infeksi
3.  Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan :
     Akibat penyakit jantung dalam kehamilan, terjadi peningkatan denyut jantung pada ibu hamil  dan semakin lama jantung akan mengalami kelelahan. Akhirnya pengiriman oksigen dan zat makanan dari ibu ke janin melalui ari – ari menjadi terganggu dan jumlah oksigen yang diterima janin semakin  lama akan berkurang. Janin  mengalami gangguan pertumbuhan  serta  kekurangan oksigen.
     Sebagai akibat lanjut ibu hamil berpotensi mengalami keguguran, kelahiran prematur ( kelahiran sebelum cukup bulan ),lahir dengan Apgar  rendah atau lahir meninggal,dan kematian janin dalam rahim(KJDR). Terutama bila selama kehamilannya sang ibu tidak mendapat penanganan pemeriksaan kehamilan  dan pengobatan dengan tepat.

 4. tanda dan gejala
Berikut tanda dan gejala penyakit jantung :
a.mudah lelah
b.nafas terengah-engah
c.ortopnea(pernafasan sesak ,kecuali dalam posisi tegak)
d.batuk malam hari
e.hemoptisis
f.sinkop
g.nyeri dada
   h.riwayat keluarga
5. Diagnosis
Burwell dan metcalfe mengajukan 4 kriteria ,satu diantaranya sudah cukup untuk membuat diagnosis penyakit jantung dalam kehamilan.
a.    Bising diastolik,persistolik atau bising jantung terus menerus
b.    pembesaran jantung yang jelas
c.    bising jantung yang nyaring
d.    Aritmia yang berat
 6. pemeriksaan penunjang :
a.    Elektrokardiografi
Pemeriksaan EKG sangat aman dan dapat membantu menjawab pertanyaan rang spesifik.
b.     Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi, termasuk Doppler sangat aman dan tanpa risiko terhadap ibu dan janin. Pemeriksaan tranesofageal ekokardiografi pada wanita hamil tidak dianjurkan karena risiko anestesi selama prosedur pemeriksaan radiografi. Semua pemeriksaan radiografi harus dihindarkan terutama pada awal kehamilan. Pemeriksaan radiografi mempunyai risiko terhadap organogenesis abnormal pada janin, atau malignancy pada masa kanak-kanak terutama leukemia. Jika pemeriksaan sangat diperlukan sebaiknya dilakukan pada kehamilan lanjut, dosis radiasi seminimal mungkin dan perlindungan terhadap janin seoptimal mungkin.
c)    Radionuklide
Beberapa pemeriksaan radionuklide akan mengikat albumin dan tidak akan mencapai fetus, pemisahan akan terjadi dan eksposure terhadap janin mungkin terjadi. Sebaiknya pemeriksaan ini dihindarkan. Adakalanya pemeriksaan ventilasi pulmonal/perfusi scan atau scan perfusi miokard thallium diperlukan saat kehamilan. Diperkirakan eksposur terhadap fetua rendah.
d)    Magnetic Resonance Imaging
Meskipun tidak tersedia informasi mengenai keamanan prosedur MRI pada evaluasi wanita hamil dengan kehamilan, dilaporkan tidak didapati efek fetal yang merugikan bila digunakan pada tujuan yang lain. Pemeriksaan ini mesti dihindarkan pada wanita dengan implantasi pacu jantung atau defibrillator.
7. Penatalaksanaan Pada Kehamilan
a.    Memberikan pengertian kepada ibu hamil untuk melaksanakan pengawasan  antenatal yang teratur.
b.    Kerjasama dengan ahli penyakit dalam atau kardiolog
c.    \Pencegahan terhadap kenaikan berat badan dan retensi air yang berlebihan. Jika terdapat anemia, harus diobati.
d.    Timbulnya hipertensi atau hipotensi akan memberatkan kerja jantung, hal ini harus diobati.
e.    Bila terjadi keluhan yang agak berat, seperti sesak napas, infeksi saluran pernapasan, dan sianosis, penderita harus dirawat di rumah sakit.
f.    Skema kunjungan antenatal: setiap 2 minggu menjelang kehamilan 28 minggu dan 1 kali seminggu setelahnya.
g.    Harus cukup istirahat, cukup tidur, diet rendah garam, dan pembatasan jumlah cairan.
h.    Pengobatan khusus bergantung pada kelas penyakit :
a.    Kelas I
Tidak memerlukan pengobatan tambahan.
b.    Kelas II
Biasanya tidak memerlukan terapi tambahan. Mengurangi kerja fisik terutama antara kehamilan 28-36 minggu.
c.    Kelas III
Memerlukan digitalisasi atau obat lainnya. Sebaiknya dirawat di rumah sakit sejak kehamilan 28-30 minggu.
d.    Kelas IV
Harus dirawat di rumah sakit dan diberikan pengobatan, bekerjasama dengan kardiolog.
Penatalaksanaan Pada Persalinan
Penderita kelas I dan kelas II biasanya dapat meneruskan kehamilan dan bersalin per vaginam, namun dengan pengawasan yang baik serta kerjasama dengan ahli penyakit dalam.
a)    Bila ada tanda-tanda payah jantung (dekompensasi kordis) diobati dengan digitalis.
Memberikan sedilanid dosis awal 0,8 mg dan ditambah sampai dosis 1,2-1,6 mg intravena secara perlahan-lahan. Jika perlu, dapat diulang 1-2 kali dalam dua jam. Di kamar bersalin harus tersedia tabung berisi oksigen, morfin, dan suntikan diuretikum.
b)    Kala II yaitu kala yang kritis bagi penderita. Bila tidak timbul tanda-tanda payah jantung, persalinan dapat ditunggu, diawasi dan ditolong secara spontan. Dalam 20-30 menit, bila janin belum lahir, kala II segera diperpendek dengan ekstraksi vakum atau forseps. Kalau sosio sesarea dengan lokal anestesi/lumbal/kaudal di bawah pengawasan beberapa ahli multidisiplin.
c)    Untuk menghilangkan rasa sakit boleh diberikan obat analgesik seperti petidin dan lain-lain. Jangan diberikan barbiturat (luminal) atau morfin bila ditaksir bayi akan lahir dalam beberapa jam.
d)    Kala II biasanya berjalan seperti biasa. Pemberian ergometrin dengan hati-hati, biasanya sintometrin intramuskuler adalah aman.
     Penderita kelas III dan IV tidak boleh hamil karena kehamilan sangat membahayakan jiwanya. Bila hamil, segera konsultasikan ke dokter ahli atau sedini mungkin abortus buatan medikalis. Pada kasus tertentu tubektomi. Bila tidak mau sterilisasi, dianjurkan memakai kontrasepsi yang baik adalah IUD (AKDR). Penatalaksanaan kelas III dan IV, pada penyakit yang tidak terlalu parah, dianjurkan analgesia epidural. Kelahiran pervaginam dianjurkan pada sebagian besar kasus yang ada indikasi obstetrinya. Keputusan untuk melakukan SC juga harus mempertimbangkan penyakit jantung spesifiknya, kondisi ibu keseluruhan, ketersediaan dan pengalaman ahli anestesi, serta fasilitas yang ada.
Pada Masa Nifas
a)    Setelah bayi lahir, pederita dapat tiba-tiba jatuh kolaps, yang disebabkan darah tiba-tiba membajiri tubuh ibu sehingga kerja jantung menjadi sangat bertambah. Perdarahan merupakan komplikasi yang cukup berbahaya.
b)    Karena itu penderita harus tetap diawasi dan dirawat sekurang-kurangnya 2 minggu setelah bersalin.


Pada masa laktasi
a)    Laktasi diperbolehkan pada wanita dengan penyakit jantung kelas I dan II yang sanggup melakukan kerja fisik.
b)    Laktasi dilarang pada wanita dengan penyakit jantung kelas III dan IV.
8). Patofisiologi
     Wanita normal yang mengalami kehamilan akan mengalami perubahan fisiologik dan anatomik pada berbagai sistem organ yang berhubungan dengan kehamilan akibat terjadi perubahan hormonal di dalam tubuhnya, Perubahan yang terjadi dapat mencakup sistem gastrointestinal, respirasi, kardiovaskuler, urogenital, muskuloskeletal dan saraf Perubahan yang terjadi pada satu sistem dapat saling memberi pengaruh pada sistem lainnya dan dalam menanggulangi kelainan yang terjadi harus mempertimbangkan perubahan yang terjadi pada masing-masing sistem, Perubahan ini terjadi akibat kebutuhan metabolik yang disebabkan kebutuhan janin, plasenta dan rahim.
     Adaptasi normal yang dialami seorang wanita yang mengalami kehamilan termasuk sistem kardiovaskuler akan memberikan gejala dan tanda yang sukar dibedakan dari gejala penyakit jantung. Keadaan ini yang menyebabkan beberapa kelainan yang tidak dapat ditoleransi pada saat kehamilan. Pada wanita hamil akan terjadi perubahan hemodinamik karena peningkatan volume darah sebesar 30-50% yang dimulai sejak trimester pertama dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 32-34 minggu dan menetap sampai aterm.        Sebagian besar peningkatan volume darah ini menyebabkan meningkatnya kapasitas rahim, mammae, ginjal, otot polos dan sistem vascular kulit dan tidak memberi beban sirkulasi pada wanita hamil yang sehat. Peningkatan volume plasma (30-50%) relatif lebih besar dibanding peningkatan sel darah (20-30%) mengakibatkan terjadinya hemodilusi dan menurunya konsentrasi hemoglobin. Peningkatan volume darah ini mempunyai 2 tujuan yaitu pertama mempermudah pertukaran gas pernafasan, nutrien dan metabolik ibu dan janin dan kedua mengurangi akibat kehilangan darah yang banyak saat kelahiran.
     Peningkatan volume darah ini mengakibatkan cardiac output saat istirahat akan meningkat sampai 40%. Peningkatan cardiac output yang terjadi mencapai puncaknya pada usia kehamilan 20 minggu. Pada pertengahn sampai akhir kehamilan cardiac output dipengaruhi oleh posisi tubuh. Sebagai akibat pembesaran uterus yang mengurangi venous return dari ekstremitas bawah.
9). Prognosis
a.    Bagi ibu
Bergantung pada beratnya penyakit, umur dan penyulit-penyulit lain. Pengawasan pengobatan, pimpinan persalinan, dan kerjasama dengan penderita serta kepatuhan dalam mentaati larangan, ikut menentukan prognosis.
Angka kematian maternal secara keseluruhan : 1-5%
Angka kematian maternal bagi penderita berat : 15%
b.    Bagi bayi
Bila penyakit jantung tidak terlalu berat, tidak begitu mempengaruhi kematian perinatal. Namun pada penyakit yang berat, prognosis akan buruk karena akan terjadi gawat janin
B. Konsep dasar manajemen kebidanan
    Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah. Proses ini merupakan sebuah metode dengan pengorganisasian pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses ini menguraikan bagaimana perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan.Proses manajemen ini bukan hanya terdiri dari pemikiran dan tindakan saja melainkan juga perilaku pada setiap langkah agar pelayanan yang komprehensif dan aman dapat tercapai . Dengan demikian proses manajemen harus menuruti urutan yang logis dan memberikan pengertian yan menyatukan pengetahuan, hasil temuan,dan penilaian yang terpisah-pisah menjadi satu kesatuan yang berfokus pada manajemen klien.
    Proses manajemeh langkah varney terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik.Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun.

DAFTAR PUSTAKA :

Prawiharjo, Sarwono.2009.ILMU KEBIDANAN SARWONO PRAWIHARJO. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo

Kumala, Popy.1006.Kamus saku kedokteran Dorland E/25.Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC

Nissak, Zainatun.2011.  Penyakit yang menyertai persalinan. http://zainatunnisak.blogspot.com/2011/11/penyakit-yg-berpengaruh-terhadap.html         

Rukiyah, ali yeyeh dan Lia yulianti. 2010. Asuhan kebidanan IV (patologi kebidanan), Jakarta timur : CV. TRANS Info media

Tari, Romana Amd Keb .2010. Kehamilan Dengan Penyakit jantung. http://id.shvoong.com

/medicine-and-health/gynecology/2071946-kehamilan-dengan-penyakit-jantung/#ixzz1s6suazRO
Sam, Arianto. 2008. Kelainan jantung Pada Usia Kehamilan.http://sobatbaru.blogspot.com/2008/04/kelainan-jantung-pada-usia-kehamilan.html

Rafless.2008.Kehamilan disertai penyakit jantung.http://www.g-excess.com/4570/kehamilan-disertai-penyakit-jantung-dalam-kehamilan/

Khanzima.2010.Pada ibu hamil dengan penyakit jantung.Http://khanzima.wordpress.com/2010/10/20/pada-ibu-hamil-dengan-penyakit-jantung/html