Hidramnion atau poli
hidramnion
adalah suatu kondisi dimana terdapat keadaan dimana jumlah air ketuban melebihi dari batas normal. Untuk keadaan normal air ketuban berjumlah sebanyak antara 1-2 liter, sedangkan kasus hidramnion
melebihi batas dari 2 liter yaitu antara 4-5 liter.Hidramnion ini adalah kebalikan dari oligo
hidramnion yaitu kekurangan air ketuban.
Menurut dr. Hendra Gunawan
Wijanarko, Sp.OG dari RSIA Hermina Pasteur, Bandung (2007) menjelaskan bahwa
hidromnion terjadi karena :
a.
Prduksi
air jernih berlebih
b.
Ada
kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu
hidrocefalus, atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing
congenital
c.
Ada sumbatan / penyempitan pada janin sehingga
dia tidak bisa menelan air ketuban. Alhasil volume ketuban meningkat drastis
d.
Kehamilan
kembar, karena adanya dua janin yang menghasilkan air seni
e.
Ada proses infeksi
f.
Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang
menyangkut sistem syaraf pusat sehingga fungsi gerakan menelan mengalami
kelumpuhan
g.
Ibu hamil mengalami diabetes yang tidak
terkontrol
h. Ketidak cocokan / inkompatibilitas rhesus
Tanda dan gejala polihidramnion adalah sebagai
berikut :
Ø Pembesaran uterus, lingkar abdomen
dan tinggi fundus uteri jauh melebihi ukuran yang diperirakan untuk usia
kehamilan
Ø Dinding uterus tegang sehingga pada
auskultasi bunyi detak jantung janin sulit atau tidak terdengar dan pada
palpasi bagian kecil dan besar tubuh janin sulit ditentukan.
Ø Ada thrill pada cairan uterus
Ø Masalah-masalah mekanis. Apabila
polihidramnion berat, akan timbul dispnea, edema pada vulva dan ekstremitas
bawah; nyeri tekan pada punggung, abdomen dan paha; nyeri ulu hati, mual dan
muntah
Ø Letak janin sering berubah (letak
janin tidak stabil) (Helen Varney, 2006: 634).
Terapi hidramnion dibagi dalam tiga fase
(Taufan Nugroho, 2010: 8-9):
a.
Waktu
hamil (di BKIA)
1)
Hidramnion
ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan terapi
simptomatis.
2)
Pada
hidramnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat di rumah sakit
untuk istirahat sempurna.
a)
Berikan
diet garam
b)
Obat-obatan
yang dipakai adalah sedative dan obat dieresis
c)
Bila
sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut tegang, lakukan fungsi abdominal
pada bawah umbilicus. Dalam satu hari dikeluarkan 500 cc perjam sampai keluhan
berkurang
d)
Jika
cairan dikeluarkan dikhawatirkan terjadi his dan solution placenta, apalagi
bila anak belum viable.
e)
Komplikasi
pungsi dapat berupa :
o
Timbul
his
o
Trauma
pada janin
o
Terkenanya
rongga-rongga dalam perut oleh tusukan
o
Infeksi
serta syok, bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya janin
mengenai plasenta, maka pungsi harus dihentikan.
b.
Waktu
partus
1)
Bila
tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu
2)
Bila
keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi transvaginal
melalui serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan memakai jarum pungsi tusuklah
ketuban pada beberapa tempat, lalu air ketuban akan keluar pelan-pelan.
3)
Bila
sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi air
ketuban mengalir keluar dengan deras, masukkan tinju ke dalam vagina sebagai
tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan-pelan. Maksud semua ini
adalah supaya tidak terjadi solution placenta, syok karena tiba-tiba perut
menjadi kosong atau perdarahan post partum karena atonia uteri.
c.
Post
partum
1)
Harus
hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya lakukan
pemeriksaan golongan dan transfuse darah serta sediakan obat uterotronika.
2)
Untuk
berjaga-jaga pasanglah infuse untuk pertolongan perdarahan post partum
3)
Jika
perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk menghindari
infeksi berikan antibiotika yang cukup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar